GarudaNews//Kh. Dr. Muhammad Sontang Sihotang, S.Si., M.Si. (Kepala Laboratorium Fisika Nuklir Universitas Sumatera Utara (USU) Medan), (Mudir JATMAN (Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Al-Muktabaroh An-Nahdiyah) Idaroh Wustho Sumatera Utara), (Kolumnis & Metronews- Medan dan Tabloid Duta Bangsa Jakarta ).
Habib Rais Ridjà ly Bin Thà hir (Pimpinan dan Mursyid Majlis Al Abrar Indonesia, Thariqat Musthafà wiyyah Bekasi, Jawa Barat).
Kh.Ustdz Khalifah Tarmizi, S.Ag.
(Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs Negeri 1, Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara).
Nuddin Sinabang, S.Pd,MM (Guru MTs Negeri 32, Jakarta).
Pendahuluan.
Para Sahabat kami dimana saja pun berada yang dirahmati Alloooh pada kesempatan yang mulia ini, kita nantinya akan memperingati peristiwa luar biasa yang terjadi dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, yaitu Isra' Mi'raj.
Sebagai umat Muslim, kita meyakini bahwa perjalanan ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik dari Makkah ke Baitul Maqdis dan dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha, tetapi juga perjalanan spiritual yang membawa Nabi Muhammad SAW kepada perjumpaan langsung dengan Alloooh SWT.
Dalam sharing perdana kali ini, kita akan membahas tentang hubungan antara dimensi fisika dan spiritualitas dalam peristiwa Isra' Mi'raj dengan merujuk pada konsep-konsep fisika teori dan fisika modern.
Apakah mungkin, dalam rangkaian perjalanan Nabi, kita bisa melihat keterkaitan antara ilmu fisika dan pengalaman spiritual Nabi ?. Bagaimana konsep-konsep dalam fisika seperti ruang-waktu, energi, dan dimensi lebih tinggi dapat dihubungkan dengan pengalaman spiritual yang dialami oleh Nabi ?. Mari kita simak bersama.
II. Konsep Dasar Fisika dan Filsafat Fisika.
1. Fisika dalam Konteks Relativitas Waktu dan Ruang Pada awalnya, mari kita mulai dengan membahas tentang fisika modern, terutama relativitas khusus yang ditemukan oleh Albert Einstein.
Salah satu prinsip penting dari relativitas adalah bahwa waktu dan ruang itu relatif terhadap pengamat yang bergerak. Artinya, waktu yang dialami oleh seseorang yang bergerak sangat cepat akan berbeda dengan waktu yang dialami oleh seseorang yang diam.
Fenomena ini dikenal sebagai time dilation (pelambatan waktu).
Secara sederhana, apabila seseorang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, waktu yang dialaminya akan lebih lambat dibandingkan dengan orang yang diam.
Dalam konteks Isra' Mi'raj, ini bisa dianalogikan dengan perjalanan Nabi yang sangat cepat. Nabi Muhammad SAW dalam perjalanannya melalui Isra' dan Mi'raj bisa saja melintasi dimensi ruang-waktu yang tidak terjangkau oleh pemahaman fisika konvensional kita.
2. Dimensi dan Teori Superstring Selain teori relativitas, teori superstring dalam fisika teori juga memperkenalkan gagasan bahwa ruang-waktu yang kita kenal hanya merupakan bagian kecil dari dimensi yang jauh lebih besar.
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta terdiri dari 10 atau 11 dimensi, di mana dimensi-dimensi ini lebih tinggi daripada tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu yang kita alami sehari-hari.
Hal ini memberi kita gambaran tentang kemungkinan adanya dimensi yang lebih tinggi, yang mungkin merupakan dunia tempat Nabi Muhammad SAW berada saat mengalami Mi'raj, ketika beliau melintasi tujuh langit hingga bertemu dengan Alloooh SWT.
III. Menghubungkan Dimensi Fisika dan Spiritual dalam Isra' Mi'raj
1. Fisika Relativitas dan Dimensi Spiritual Seperti yang telah kita bahas, dalam Isra', Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Makkah ke Baitul Maqdis, yang dalam fisika konvensional, perjalanan itu membutuhkan waktu yang sangat lama.
Namun, dalam perjalanan Nabi, waktu seakan terhenti atau sangat dipercepat. Hal ini bisa kita analogikan dengan konsep relativitas waktu dalam fisika, di mana kecepatan tinggi mengubah persepsi waktu, dan dalam perjalanan spiritual, waktu tidak lagi menjadi batasan.
Nabi melintasi ruang dan waktu dengan cara yang tidak terjangkau oleh pemahaman manusia biasa.
Begitu juga dalam Mi'raj, Nabi Muhammad SAW naik melalui tujuh langit, menuju tempat yang lebih tinggi, yang bisa kita analogikan dengan dimensi lebih tinggi yang dijelaskan dalam teori superstring.
Di sini, kita berbicara tentang dunia yang melampaui dimensi fisik dan memasuki dimensi spiritual, yang mengarah pada kesatuan dengan Alloooh. Pada titik tertinggi, yaitu Sidratul Muntaha, Nabi bertemu langsung dengan Alloooh SWT, yang menggambarkan puncak perjalanan spiritual yang melampaui segala batasan fisik dan waktu.
2. Energi, Cahaya, dan Annihilation dalam Isra' Mi'raj Konsep lain yang relevan adalah energi dalam fisika. Dalam Isra', perjalanan Nabi yang luar biasa cepat dari Makkah ke Baitul Maqdis dan dari Baitul Maqdis ke langit ke-7, bisa dianalogikan dengan energi yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Dalam fisika, kita mengenal konsep annihilation, yaitu proses di mana materi dan antimateri bertemu dan mengubah dirinya menjadi energi murni.
Fenomena Isra' Mi'raj juga bisa dianalogikan dengan transformasi energi yang sangat cepat dan murni. Nabi Muhammad SAW menjalani perjalanan fisik yang bisa dianggap sebagai perjalanan menuju energi yang lebih tinggi, sebuah energi spiritual yang membawa Nabi ke titik tertinggi dalam pengalaman metafisika.
Kecepatan perjalanan tersebut tidak hanya memperlihatkan kecepatan fisik, tetapi juga energi spiritual yang memancar saat Nabi SAW mendekatkan diri kepada Alloooh SWT.
3. Entanglement Kuantum dan Keterhubungan Spiritual Dalam fisika kuantum, ada fenomena yang dikenal dengan entanglement. Ini adalah kondisi di mana dua partikel, meskipun terpisah jarak yang sangat jauh, tetap saling terhubung secara instant.
Fenomena ini dapat kita hubungkan dengan konsep keterhubungan spiritual dalam Mi'raj. Ketika Nabi Muhammad SAW mencapai Sidratul Muntaha dan bertemu Alloooh SWT, terdapat keterhubungan langsung antara Nabi dan Alloooh, yang melampaui jarak fisik dan waktu. Ini serupa dengan entanglement kuantum, di mana ruang dan waktu menjadi tidak relevan dalam pengertian keterhubungan spiritual.
IV. Makna Filsafat Fisika dalam Isra' Mi'raj
1. Kesatuan Alam Semesta Isra' Mi'raj mengajarkan kita bahwa alam semesta ini adalah satu kesatuan yang utuh, yang melibatkan baik dimensi fisik maupun spiritual.
Fisika mengajarkan kita bahwa alam semesta ini memiliki struktur dan hukum-hukum fisika yang bisa dipahami melalui ilmu pengetahuan. Namun, ada juga dimensi yang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya dengan fisika konvensional, yaitu dimensi spiritual yang hanya bisa dipahami melalui pengalaman ilaaahi.
2.Peningkatan Kualitas Spiritual Perjalanan Mi'raj mengajarkan kita untuk selalu berusaha untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi, baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam kualitas spiritual.
Setiap langkah yang diambil dalam kehidupan harus mengarah pada pencapaian keterhubungan lebih dalam dengan Alloooh SWT, seperti perjalanan Nabi Muhammad SAW yang menembus dimensi spiritual menuju perjumpaan langsung dengan Tuhan.
V. Penutup
Saudaraku yang dirahmati Alloooh perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW adalah perjalanan yang membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang dimensi ruang, waktu, dan energi dalam pandangan fisika modern, yang sejalan dengan pencapaian spiritualitas tertinggi. Fisika, dengan segala konsep dan teorinya, memberikan kita gambaran tentang bagaimana dunia ini bekerja, namun ada aspek-aspek yang hanya bisa dipahami melalui pengalaman spiritual yang mendalam, seperti yang dilalui oleh Nabi SAW.
Mari kita renungkan perjalanan ini, bukan hanya sebagai cerita sejarah, tetapi juga sebagai pelajaran kehidupan yang mengajarkan kita untuk terus berusaha mencapai dimensi lebih tinggi dalam segala aspek kehidupan, baik itu dalam ilmu pengetahuan maupun dalam keterhubungan spiritual kita dengan Alloooh SWT.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari peristiwa Isra' Mi'raj, dan semoga Alloooh SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya dalam setiap langkah perjalanan hidup kita. Aaamiiin. (ms2)