Mahasiswa KKP Kolaboratif UIN Mataram Luncurkan Lapak Minat Baca Anak Desa Di Medana

Lombok Utara.garudanews//28 Juli 2026, Mahasiswa Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) Kolaboratif dari UIN Mataram dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung meluncurkan program unggulan bertajuk “Lapak Baca Desa Medana” sebagai bentuk pengabdian langsung kepada masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah dasar. 

Kegiatan ini resmi dimulai pada Senin (28/7) dan akan dilaksanakan rutin setiap Senin sore selama masa KKP selama 45 hari di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.

Program Lapak Baca hadir sebagai bentuk respons mahasiswa terhadap rendahnya minat baca di kalangan anak-anak desa, sekaligus menjawab tantangan rendahnya indeks literasi dan tingginya angka buta aksara di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Mengusung konsep taman baca terbuka yang inklusif dan menyenangkan, kegiatan ini menyasar anak-anak kecil yang masih berada di fase masa sekolah, terutama siswa-siswi Sekolah Dasar.

“Lapak Baca ini bukan sekadar tempat membaca, tapi juga ruang aman dan kreatif untuk anak-anak bermain sambil belajar, mendengar cerita, serta mengembangkan imajinasi mereka,” ujar Ditasya yang akrab dipanggil kak Caca (salah satu koordinator Program Lapak Baca) dalam wawancara singkat.

Peluncuran Lapak Baca tidak lahir dari ruang kosong. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan kajian literasi nasional, Provinsi NTB mencatat indeks kecakapan membaca sebesar 68,36, menjadikannya salah satu provinsi dengan tingkat literasi terendah di Indonesia. 

Sementara itu, angka buta aksara di Kabupaten Lombok Utara masih cukup tinggi, yakni sekitar 16,09 persen dari populasi usia dewasa dan remaja.

Situasi ini menuntut adanya inovasi literasi berbasis komunitas, terutama di wilayah-wilayah pedesaan seperti Medana, yang belum sepenuhnya terjangkau oleh program literasi formal.

Lapak Baca Desa Medana dirancang sebagai intervensi mikro-literasi yang menyatu dengan gaya hidup masyarakat desa. 

Kegiatan ini memanfaatkan ruang terbuka seperti lapangan desa atau halaman rumah warga untuk menyelenggarakan sesi membaca bersama, mendongeng, mewarnai, kuis literasi, dan permainan edukatif lainnya.

Mahasiswa KKP yang bertugas berasal dari berbagai latar belakang studi, termasuk pendidikan Islam, hukum keluarga, dan komunikasi, sehingga mampu menghadirkan pendekatan yang variatif dan ramah anak. 

Modul bacaan yang digunakan disusun secara tematik dengan pendekatan lokal dan nasional, menggunakan bahan ajar ringan yang mudah dipahami.

Ketua KKP Kolaboratif, Ahmad Hilman Halim, menegaskan bahwa Lapak Baca bukan hanya kegiatan insidental selama program KKP berlangsung, namun dirancang sebagai upaya berkelanjutan untuk menjawab persoalan nyata masyarakat.

“Melalui Lapak Baca, kami ingin menunjukkan bahwa literasi bukan hanya soal buku, tapi soal akses, ruang aman, dan keberlanjutan. 

Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi pemantik bagi desa-desa lain untuk mulai membangun budaya membaca dari lingkungan terkecil mereka,” ujar Hilman.

Lebih lanjut, Hilman juga menyampaikan bahwa program ini menjadi bagian dari nilai pengabdian kolaboratif antar mahasiswa dari dua kampus besar.
“Kami membawa semangat lintas kampus dan lintas budaya, agar pengabdian ini benar-benar menyentuh dan relevan dengan kondisi sosial masyarakat,” tambahnya.

Kegiatan ini juga terbuka untuk keterlibatan relawan lokal, orang tua, dan perangkat desa. 

Pemerintah Desa Medana turut mendukung penuh program ini, mulai dari penyediaan fasilitas tempat hingga promosi kepada warga sekitar.

Program Lapak Baca merupakan bagian dari rangkaian kegiatan KKP bertema “Desa Digital, Ramah Perempuan, dan UMKM Halal” yang dilaksanakan oleh UIN Mataram dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

Serah terima mahasiswa KKP telah dilakukan sejak awal Juli 2025 oleh Kepala Desa Medana dan perangkat desa lainnya. 

Kegiatan literasi ini menjadi salah satu dari sekian banyak program yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat desa.

Dengan semangat kolaboratif lintas kampus, para mahasiswa tak hanya membawa nama institusi, tetapi juga nilai-nilai pengabdian dan kemanusiaan.

Mahasiswa hadir bukan sebagai pengajar satu arah, melainkan sebagai rekan belajar masyarakat yang membangun partisipasi secara aktif.

Melalui Lapak Baca, mahasiswa berharap dapat menanamkan semangat membaca sejak dini kepada anak-anak, membentuk kebiasaan yang akan menjadi bekal mereka di masa depan.

Program ini juga menjadi inspirasi agar desa-desa lain mulai merintis gerakan literasi serupa, yang murah, fleksibel, dan berbasis kebutuhan lokal.

Dengan dilaksanakannya kegiatan ini setiap Senin sore hingga akhir Agustus 2025, mahasiswa KKP menargetkan lebih dari 150 anak akan mengikuti kegiatan secara bergilir. 

Mereka juga tengah mengembangkan laporan evaluasi dan dokumentasi program untuk ditinggalkan sebagai panduan keberlanjutan di desa setelah masa KKP berakhir.

“Kami tidak ingin program ini selesai bersamaan dengan selesainya masa KKP. Kami sedang siapkan modul dan perangkat agar Lapak Baca bisa terus berjalan secara mandiri oleh warga,” ungkap salah satu mahasiswa saat ditemui di lokasi kegiatan.

Di tengah derasnya arus digital dan menurunnya budaya literasi dasar, gerakan sederhana seperti Lapak Baca menjadi angin segar di desa. 

Ia bukan hanya tempat membaca, tetapi ruang bertumbuhnya harapan: bahwa anak-anak dari desa pun bisa menjadi pembaca tangguh, pemikir kritis, dan pemimpin masa depan yang tercerahkan.(A.Turmuzi).
Baca Juga
Lebih baru Lebih lama